Sebuah tamparan untuk aku yang tenang
Sesaat pahit terasa untuk dikenang
Seperti nirwana yang sulit dipegang
Engkau hanya bisa bergumam dan aku tetap diam
"Pulang" ucapmu, tanpa titik, koma, atau pun pelengkap tataran bahasa lainnya
Lebih terasa seperti seruan tapi nampak bagai ancaman
Kau tenang tapi aku merasa ditendang
Ingin kujawab iya. Tapi asa tak kuasa
Yang ada aku hanya diam bagai bangsat yang pengecut
Bagai tentara yang dilucuti, Malu!
Empat batang rokok pun kurang dalam sejam
Aku mengganggu pernafasan sendiri
Gara-gara kamu, tapi kamu, peduli apa?
Yang kamu tahu aku tinggal pulang
Aku kenapa? Kamu bodoamat
Bagai anak SMA yang baru tamat
Senang tapi juga bimbang
Sulit, bukan apa-apa hanya sulit
Ingin sekali kembali kesana
Aroma, rasa dan indahnya kenangan tiba-tiba jadi pahit
Kata orang walau pahit tetap nikmat
Tapi kenapa saat ingin pulang rasanya sangat susah.
Apa kamu tahu aku dirundung dilema?
Antara aku memang ingin kembali atau menetap dengan yang ada
Yah aku memang lelaki, berikut batang kelima rokokku ku habiskan
Tapi kamu akan menganggapku biadab bukan?
Jujur saja aku sepenuhnya sadar tak ada kata labil
Hanya saja tuan pikiran seolah tak punya akal
Tuan pikiran ini mau menetap juga kembali
Ingin pulang namun juga tak mau pulang
Bangsat memang. Pikiran gila, tak tahu diri
Notes : terinspirasi dari kisah pasangan ldr yang lelakinya selingkuh
Komentar
Posting Komentar