"Hallo..."
"Iya haloo, kangen?"
"Yah tau aja, gak asik ah"
"Hahahahah, kamu sih gampang ditebak.Oh iya! Kesini yuk aku barusan pesen kopi item nih. Abis rapat disini. Yuk.."
"Kenapa gak langsung pulang, dingin loh sekarang. Mana lagi musim ujan lagi.."
"Ya aku masih pengen disini,inget aja gitu waktu kita jadian. Hahahahah, lucu banget deh. Oh iya aku mau pesen roti keju nih. Si Nita yang jagain hari ini, kayak biasa dia tadi hampir berantem sama pelanggan gara-gara salah kasih roti, ada-ada aja emang Nita ini.Oh iya Kamu ditanyain Dimas juga tau. Katanya kamu udah jarang kesini kalo gak bareng aku"
"Duh jadi inget deh. Bilang sama mereka orang ganteng bakalan dateng 5 menit lagi. Oh iya Din I love you.."
Bppppp... telpon terputus
Masih teringat percakapan kita waktu musim hujan di toko roti kesukaan kita, tempat bersejarah bagi kita juga. Kamu dengan senyum dan denim lusuh itu berlari kecil ke arahku sambil mencium aroma kopi hitam yang hampir dingin. Ah sialan aku kembali memikirkanmu. Ini bukan lagi bulan November atau musim hujan. Hujan pun sudah reda tapi kau tak kunjung datang. Sekarang sudah masuk awal tahun baru. Sudah bulan januari. Aku tak bisa berkata-kata lagi. Apakah aku harus percaya pada Januari?
Akankah Januari membawamu kembali dengan denim lusuhmu dan senyum manis itu. Aku muak Dirgantara. Sungguh. Rasanya kalau-kalau kau ada disini ingin aku menyiram kau dengan kopi hitam kesukaanmu. Biar saja senyummu jadi mengkerut karena panasnya minuman kesukaanmu. Biarlah engkau merasakan bagaimana rasanya disakiti oleh hal yang paling kau sukai. Aku hanya gadis bodoh. Kamu tahu? Aku masih di toko roti ini dan berharap-harap kalau kau muncul disini. Aku hanya penasaran dan ingin tahu yang sebenarnya. Apa alasanmu? Kita tak pernah mengalami masa sulit saat bersama. Kita selalu bahagia, kau pun selalu mengatakan kalau kau bahagia. Hubungan kita tidak seperti hubungan mereka-mereka yang pacaran terus putus lalu pura-pura bahagia dalam pacaran. Kita berbagi semuanya, tak hanya hati tapi pikiran. Walau kita berbeda tapi kita saling menghargai pikiran-pikiran kita masing-masing. Atau aku salah? Apa hanya aku disini yang merasakan dan menganggap hubungan kita seperti itu? Kurasa tidak. Benar-benar tidak. Ini hanya aku saja yang merasakan bukan?
Lalu haruskah aku percaya dan berharap penuh pads Januari?
Aku hanya tak tahu pasti. Bagaimana ini harusnya. Aku sungguh ingin berhenti. Ini sudah cukup. Bahkan aku tak tahu harus percaya atau tidak kepada Januari. Kamu memang brengsek Dirgantara.
Bagusss
BalasHapus