Tak ada lagi pelangi setelah hujan
Yang ada hanya bau tanah yang
mencuat
Lagi-lagi aku memikirkan tentangmu
Dibawah jendela sambil menegak
secangkir kopi
Diselimuti kesejukkan setelah hujan
pergi
Aku hanya bercakap pada diri
sendiri
Kenapa dulu aku merasa percaya diri
Kalau kau itu menyirami kasih pada
diri ini
Aku kembali bernostalgia dengan
memori
Ingat sekali semua bentuk
garis-garis senyum
Ekspresi, sampai bagaimana tatapan
matamu dulu
Rasanya aku seperti lelucon bagimu
Kau angkat tinggi dan kau hempaskan
ke bumi
Ingat lagi saat kau bilang lucu,
manis, tetanggamu yang bernama kasim, sapi-sapi mu, bisnis yang kau tawarkan,
pelajaran yang sangat kau kuasai, caramu memecahkan soal matematika, tempat
makan yang kau sukai, dan yah satu lagi wanita yang kau cintai
Lagi-lagi itu hanya kepercayaan
diriku saja
Sepertinya aku memang hanya lelucon
bagimu
Ah segar sekali rasanya, kopi ini
tidak terlalu pahit untuk aku yang tak suka kafein
Aku kembali ke masa sekarang, cukup
sudah nostalgia tentang memori lama yang sudah kupikirkan ribuan kali
Agaknya bau tanah tak semerbak tadi
Mulutku pun berkata “Ah aku bisa
melupakannya” dan keluar bau kopi
Tapi pikiran dan hati memang tak
pernah seprefensi
Lain di mulut lain di hati
Artinya ya, kau pikirkan saja
sendiri
Aku mau menghabisi kopi ini lagi
Oktober, 20
Lowokwaru, Malang, Jawa Timur
Ciw
Komentar
Posting Komentar